Jumat, 11 Desember 2009

perbandingan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

Pendidikan menurut Driyarkara (1945:145), inti pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda. Pada dasarnya pendidikan adalah pengembangan manusia muda ke taraf insani. Sedangkan Ki Hajar Dewantara (1977:20). menyatakan bahwa pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak Artinya pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak , agar mereka sebagai manusia sekaligus sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola baik secara kualitas ataupun kuantitas.

Thursan Hakim (2000:1) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll.

Dalam hal ini untuk menentukan dan untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui Prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”

Prestasi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah gaya belajar atau learning style. Learning style atau gaya belajar adalah suatu karakteristik afektif, kognitif dan psikomotoris. Sebagai indikator supaya pembelajar merasa paling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan belajar pembelajar (NASSP, dalam Ardhana dan Wills,1980)

Handayani (2004) yang mengungkapkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua agar anaknya memiliki prestasi yang baik adalah dengan menemukan gaya belajar anak dan menerima anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Menurut Kolb (1984) kecenderungan atau orientasi seseorang dalam proses belajarnya dipengaruhi empat model belajar yaitu feeling, thingking, wacthing dan doing.

Gaya belajar menurut kolb(1984) adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dalam lingkungannya dan memproses informasi. Karena belajar membutuhkan konsentrasi maka situasi dan kondisi untuk berkonsentrasi sangat berhubungan dengan gaya belajar.Apabila setiap individu dapat mengelola pada kondisi apa, dimana, kapan dan bagaimana gaya belajarnya , maka belajar akan lebih efektif dan efisien sehingga prestasi belajar lebih tinggi.Karena gaya belajar diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar seseorang.

  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai yaitu “Perbandingan gaya belajar(visual, auditorial dan kinestetik) siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN 05 Tegalrejo kecamatan Argomulyo kota Salatiga”.

C. Tujuan penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: “perbandingan gaya belajar(visual, auditorial dan kinestetik) terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN 05 Tegalrejo kecamatan Argomulyo kota Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengetahuan ilmu pendidikan terutama yang berkaitan dengan gaya belajar, prestasi dan peranannya didalam proses KBM bagi siswa pada khususnya dan bagi guru pada umumnya.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini mempunyai manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:

Bagi Guru

1. Guru mengenali dan memahami gaya belajar siswa

2. Guru dapat mengolah pelajaran yang akan diajarkan menjadi pelajaran yang menarik dan disenangi siswa

3. Guru dapat mengemas strategi pengajaran yang lebih variatif

4. Terciptanya komunikasi yang efektif antara guru dan siswa

Bagi Siswa

1. Siswa dapat mengoptimalkan semua gaya belajar

2. Siswa lebih mengenali dan memahami gaya mengajar guru

3. Siswa dapat menerima semua pelajaran dari tipe-tipe guru yang berbeda


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Gaya Belajar

a. Pengertian Gaya Belajar

The National Task Force On Lesrning Style and Brain Behavior dalam Supeno(2003) mendefinisikan gaya belajar sebagai pola perilaku dan kinerja yang konsisten yang digunakan siswa sebagai bagian dalam pengalaman pembelajaran. Gaya belajar itu memegang peran kunci dalam menentukan cara individu mengamati dan menanggapi lingkungan belajar.

Lebih lanjut lagi, menurut Kolb(1984) gaya belajar adalah cara konsisten individu merespon dan menggunakan stimuli dalam konteks belajar. Berdasarkan rumusan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih atau dilakukan karena kebiasaan untuk menerima informasi dari sekolah sebagai perolehan baru dari pengetahuan, ketrampilan atau sikap-sikap dalam memproses informasi tersebut melalui belajar atau pengalaman.

b. Jenis-jenis Gaya Belajar

DePorter dan Hernacki(Julaeha,2002) mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi.ketiga gaya belajar itu adalah:

1. Gaya belajar visual(belajar dengan cara melihat)

Disini individu memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang dengan melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar atau visualisasi akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual untuk lebih memahami ide informasi yang disajikan dalam bentuk penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang tersebut.

2. Auditorial(belajar dengan cara mendengar)

Disini individu memiliki kecenderungan gaya belajar audiorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan cara mendengarkan. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benr menempatkan pendengaran sebagi alat utama menyerap informasi atau pengetahuan.artinya, anak harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi yang diterima.

3. Kinestetik(belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh)

Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung.mereka akan belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru.

Sementara itu, dari sekian banyak informasi dan temuan mengenai gaya belajar, ada sebuah model yang dikemukakan oleh David Kolb. Dalam model belajar Kolb (1984)terdapat 2 deskripsi bipolar.Deskripsi bipolar pertama berposisi vertical berupa pengalaman konkret(feeling), konseptual abstrak (thinking), bipolar kedua yang berposisi horizontal berupa eksperimen aktif (doing,belahan kanan) dan pengamatan reflektif (wathing,sebelah kiri) sehingga pada 2 garis berpotongan tegak lurus itu berbentuk empat model kuadrat.

David Kolb (Anawati,2004) mengemukakan adanya empat kutub kecenderungan seseorang dalam proses belajar dimana kutub-kutub tersebut disebut sebagai mod belajar.

a. kutub perasaan atau feeling (concrete experience)

siswa belajar melalui perasaan , dengan menekankan segi-segi pegalaman konkret, dalam proses belajar, siswa cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan.

b. kutub pemikiran atau thinking (abstract conceptual )

siswa belajar melalui pemikiran dan lebih focus pada analisa logis dari ide-ide perencanaan sistematis dan pemahaman intelektualsituasi yang dihadapi.dalam proses belajarnya siswa akan mengandalkan perencanaan sistematis serta pengembangan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah.

c. kutub pengamatan atau watching (Reflective Observation)

siswa belajar melalui pengamatan, yitu megamati sebelm menilai menyimak suatu perkara dan menyimak makna dan hal-hal yang diamati. dalam proses belajar siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk pendapat.

d. kutub tindakan atau Doing(Active Experimentation)

siswa belajarr melalui tindakan, kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko dan memperngaruhi orang lain lewat perbuatannya, dalam proses belajar siswa akan menghargai keberhasilanny dalam menyelesaikan pekerjaan.

Menurut Kolb ( Anawati,2004) tidak ada individu yang gaya belajarnya secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tadi. Yang biasanya terjadi adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu orientasi belajar.empat kutub diatas membentuk empat kombinasi gaya belajar, yaitu

1. Gaya Diverger

Kombinasi dari perasaan dan pegamatan (feeling dan watching).siswa dengan gaya diverger unggul dalam melihat situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda . pendekatannya padasetiap situasi adalah dengan mengamati dan bukan bertindak. Siswa seperti ini menyukai tugas belajar yang menuntutnya untuk menghasilkan ide-ide, biasanya menyukai isu budaya seta suka mengumpulkan informasi.

2. Gaya Assimilator

Merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati(thinking dan watching)siswa dengan gaya ini memiliki kelebihan dalam memahami berbagai informasi serta merangkumnya dalam suatu format yang logis,singkat dan jelas. Biasanya siswa dengan gaya assimilator kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga cenderung lebih teoritis.

3. Gaya Konverger

Merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking dan doing).siswa dengan gaya ini unggul dalam menenukan fungsi praktis, dari berbagai ide dan teori.biasanya siswa dengan gaya ini punya kemampuan yag baik dalam pemecahan masalah dan pengambilaan keputusan. Siswa juga cenderung lebih menyukai tugas-tugas teknis dari pada masalah social.

4. Gaya Akomodator

Merupakan kombinasi dari perasaan dan tidakan (feeling and doing). Siswa dengan gaya belajar akomodasi memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukan sendiri. Siswa dengan gaya ini suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Dalam memecahkan masalah mempertimbangkan faktor manusia untuk mendapatkan masukan /informasi.

c. Ciri-ciri Gaya Belajar

Menurut DePorter dan Hernacki(Mu`tadin,2002) ciri perilaku individu berdasarkan karkteristik cara belajarnya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Karakteristik perilaku individu dengan Cara Belajar Visual.

Bicara agak cepat, mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi, tidak mudah terganggu oleh keributan, mengingat yang dilihat,

2.Karakteristik perilaku individual dengan cara belajar auditorial
Saat bekerja suka bicara kepada diri sendir, penampilan rapi, mudah terganggu oleh keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat,

3. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik.

Berbicara perlahan, penampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktek,

d. Hubungan Gaya Belajar dengan Situasi Pembelajaran

Gaya belajar seorang siswa merupakan cerminan kecakapan yang

diperolehnya dari ligkungan dan riwayat belajar siswa sebelumnya. Menurut Kolb (Anawati ,2004) siswa belajar sebaik-baiknya ketika materi pembelajaran disajikan dalam pola yang selaras dengan gaya belajar pilihannya.

Tabel 1

Hubungan Gaya Belajar degan situasi pembelajaran (kolb,1984)

Gaya Belajar

Situasi Pembelajaran yang Memberi Peluang Siswa Belajar Sebaik-baiknya

Assimilator

Sajian teoritik yangberisi pemikiran yang logik.

Converger

Sajian penerapan praktikel konsep-konsep dan teori-teori.

Acomodator

Sajian yang memberi peluang bersentuhan seketika dengan pengalaman belajar langsung dan konkret (hands on`experience)

Diverger

Sajian yang memberi peluang siswa mengamati dan mengumpulkan berbagai jenis informasi.

Berdasarkan tabel diatas Kolb (1984)menyarankan siswa agar siswa dilatih menempuh empat tahap dalam siklus belajar. Memang ada potensi guru yang menerapkan gaya pembelajar yang tidak selaras dengan gaya belajar siswa dengan pertaimbangan agar siswa melakukan pembaharuan-diri(self-renewal & self-direction) sehingga pembelajaran di pumpun mengintegrasikan perkembangan siswa menuju tataran perkembangan tertinggi pada keempat mod belajar,yaitu aktif, reflektif, abstrak, dan konkret.

  1. Teori Prestasi Belajar
  1. Pengertian Prestasi belajar

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar.

Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa sebagai tanda atau hasil symbol keberhasilan dari uasaha belajar( hasil aktivitas belajar)yang menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata pelajaran tertentu.

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain;

a) faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern),yaitu

Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, yaitu kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi, kecerdasan/intelegensi

b) faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern),yaitu

faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya. Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

Menurut Slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat. Menurut Suryabrata (1984),faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a) Faktor yang berasal dari dalam diri siswa,yaitu:

a Faktor fisiologis, meliputi : kematangan fisik,keehatan badan,kualitas makanan,dan fungsi panca indera.

b Faktor psikologis,meliputi: minat rasa aman,motivasi,penglaman masa lampau,dan kecerdasan.

b) Faktor yang berasal dari luar diri siswa, yaitu:

a Faktor sosial, meliputi: pribadi guru yang mengajar,sikap orang tua terhadap anaknya yang sedang belajar,situasi pergaulan dengan teman-teman sebayanya.

b Faktor non social,meliputi: cuaca,tempat dan fasilitas.

  1. Pengukuran Prestasi Belajar

Menurut Winkel (1986), tujuan yang dapat dicapai dari tes terhadap prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a) Untuk menentukan angka-angka /nilai kemajuan siswa dalam belajar.

b) Untuk memberikan umpan balik kepada siswa sehingga dapat Memperbaiki kekurangan atau kesulitan yang ternyata masih dialami , sekaligus guru dapat mengetahui bagian-bagian sulit yang dihadapi oleh siswa,sehingga pengajaran selanjutnya dapatdisesuaikan.

c) Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajaryang tepat.

d) Untuk menyelidiki kekurangan-kekurangan dan kesulitan-kesulitan yang dialami dalam mempelajari mata pelajaran tertentu.

Azwar (1987) mengungkapakan bahwa bila dilihat dari tujuan pengukuran prestasi , tes prestasi dapat melakukan beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi penempatan

Adalah penggunaan tes prestasi untuk melakukan klasifikasi siswa kedalam bidang atau jurusan yang cocok.

2. Fungsi formatif

Adalah penggunaan tes prestasi guna melihat sejauh mana kemajuan belajar yang telah dapat dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran

3. Fungsi Diasnotik

Adalah penggunaan tes prestasi guna mendiagnosa kesukaran-kesukaran dalam belajar dan mencari kelemahan-kelemahan

4. fungsi sumatif

adalah penggunaan tes prestasi guna menghasilkan informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran.

Berpijak dari penjelasan mengenai pengukuran prestasi belajar diatas maka pengukuran prestasi belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Sebab dengan cara ini dapat diketahui apakah seorang siswa sudah mampu menguasai materi mata pelajaran tertentu.

  1. Kajian hasil –hasil Penelitian yang relevan

Penelitian oleh (Zhang 2001) menunjukkan bahwa gaya belajar berhubungan dengan prestasi belajar pada semua mata pelajaran . Hasil penelitan Abdullah(1998) juga menunjukkan bahwa gaya belajar mempunyai korelasi dengan pencapaian prestasi. Bertentangan dengan penelitian Dun dan teman-teman serta Abdullah day dkk (1997) menemukan bahwa gaya belajar tidak berdampak pada prestasi belajar. Shin dan Gammon 2001 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara gaya belajar dengan prestasi belajar.

  1. Kerangka Berpikir

Dalam belajar, cara menyerap informasi antara satu orang dengan satu orang yang lainnya berbeda, ada yang dengan gaya visual/belajar dengan melihat, gaya auditorial/belajar dengan mendengarkan, kinestetik/dengan bergerak. Ketika seorang siswa menyadari bagaimana siswa tersebut menyerap dan mengolah informasi, siswa dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya belajarnya sendiri. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap informasi dan kemudian mengatur serta mengolahnya. Sehingga dengan mengenali gaya belajar masing-masing siswa, siswa itu dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu diri siswa belajar lebih cepat dan mudah. Tidak hanya untuk diri siswa itu sendiri namun bagi para guru, dengan mengetahui gaya belajar para siswa mereka, guru dapat mengemas strategi pengajaran yang lebih variatifdan menciptakan komunikasi yang efektif antara guru dan siswa, sehingga dapat hasil belajarpun akan meningkat.

  1. Hipotesa

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan hipotesisnya adalah: ” ada perbandingan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas V SDN 05 Tegalrejo kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.”

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

  1. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Tahap persiapan yaitu meliputi mengajukan judul dan penyusunan proposal dimulai pada bulan Oktober-Desember 2009

Penyusunan Instrumen dimulai pada bulan November 2009

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2010 dalam semester II tahun pelajaran 2009/2010.

2. Tempat Penelitian

Tempat untuk melaksanakan penelitian adalah SD Negeri 05 Tegalrejo Kecamatan Argomulyo.Pada siswa kelasV semester II tahun pelajaran 2009/2010.

Untuk uji angket dan tes dipilih SD Negeri 03 Tegalrejo Kecamatan Argomulyo.Pada siswa kelasV semester II tahun pelajaran 2009/2010, SD Negeri 05 Tegalrejo merupakan SD Imbas.

Peneliti melakukan penelitian di SDN 05 Tegalrejo karena siswa di SD tersebut berasal dari berbagai macam latar belakang pendidikan orang tua, ekonomi dan karakteristik siswa itu sendiri yang dapat mempengaruhi gaya belajar siswa dan prestasi belajar siswa.

B. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian Barbbie (Sukardi, 2003:53). Pada penelitian ini subyek penelitian yang dijadikan populasinya adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Tegalrejo 5 kecamatan Argomulyo yang berjumlah 22 anak.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data tersebut (Sukardi, 2003:54). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel totalitas, yang berarti bahwa seluruh anggota populasi dijadikan sampel, pada penelitian ini sampelnya adalah siswa kelas V SDN 05 Tegalrejo yang berjumlah 22 anak.

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan angket sebagai metode pengumpulan data untuk mengetahui Gaya belajar siswa kelas V SDN 05 Tegalrejo Kecamatan Argomulyo tahun 2009/2010.

Pengertian angket menurut Drs.Sanapiah Faisal adalah alat serta teknik pengumpulan data yang mengandalkan informasi atau keterangan dari sumber data responden dan data dikumpulkan melalui daftar pertanyaan tertulis.

c Jenis-jenis angket

Pembagiannya bergantung pada dasar klasifikasi yang digunakan.Dasar klasifikasi yang dimaksud biasanya mengacu pada item pertanyaan yang terdapat dalam angket itu sendiri.bila klasifiksinya didasarkan pada keleluasaan responden mengajukan dan memformulasikan jawaban-jawabannya angket dibagi menjadi 2.yaitu

1.Angket tertutup

2. Angket terbuka

Kalau klasifikasi angket didasarkan pada kaitan responden dengan jawaban yang diberikan, maka angket bisa dibagi menjadi

1.Angket langsung

2.Angket tak langsung

Sehubungan dengan penelitian ini menggunakan jenis angket langsung dan tertutup.

b. Kebaikan dan kelemahan angket

Kelebihan angket:

1) Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah responden yang menjadi sampel

2) Dalam menjawab pertanyaan melalui angket responden dapat lebih leluasa karena tidak dipengaruhi oleh sikap mental hubungan antara peneliti dan responden.

3) Setiap jawaban dapat dipikirkan masak-masak terlebih dahulu karena tidak terikat oleh cepatnya waktu yang diberikan kepada responden untuk menjawab pertanyaan sebagaimana dalam wawancara

4) Data yang dikumpulkan dapat lebih mudah dianalisis,karena pertanyaan yang diberikan kepada setiap responden sama.

Kelemahan angket:

1) Pemakaian angket terbatas kepada pengumpulan pendapat atau fakta yang diketahui responden, yang tidak dapat diperoleh dengan jalan lain.

2) Sering terjadi angket diisi oleh orang lain(bukan responden yang sebenarnya), karena dilakukan tidak secara langsung berhadapan muka antara peneliti dan responden.

3) Angket diberikan terbatas kepada orang yang tidak buta huruf.

c Komponen

Angket sebagai teknik pengumpulan data, komponen-komponennya terdiri dari:

o Informasi/ keterangan yang akan dikumpulkan (data)

o Sumber data/responden

o Alat pengumpulan dan perekaman data(angket)

o Peneliti /pengumpul data (peneliti)

Kesemua komponen tersebut saling terkait didalam pelaksanaan dan penggunaan angket sebagai teknik pengumpulan data.

d Kisi kisi angket

Tabel 1

Kisi-kisi Angket Penelitian

Definisi operasional variable X

Aspek/dimensi/sub konsep

Indikator

Instrument(item)

Variable X adalah gaya belajar.Gaya belajar adalah cara konsisten individu merespon dan menggunakan stimuli dalam konteks belajar

Gaya Visual

Gaya auditorial

Gaya Kinestetik

1. Belajar cara melihat.

2. Belajar dengan cara mendengarkan

3. Belajar dengan cara bergerak, bekerja,dan menyentuh

3,6,9,12,15,18,21,

24,27,28.

1,4,8,10,13,16,19,

22, 25,29.

2,5,7,11,14,17,20,

23,26,30

e Penilaian dan skorsing

Penilaian terhadap jawaban responden mengenai angket tentang gaya bel ajar siswa dan prestasi belajar diberi skor sebagai berikut :

Jawaban a diberi skor : 4

Jawaban b diberi skor : 3

Jawaban c diberi skor : 2

Jawaban d diberi skor : 1

2. Prestasi belajar siswa kelas V SDN 05 Tegalrejo Kecamatan Argomulyo tahun 2009/2010 dengan menggunakan metode tes.

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan tes sebagai metode pengumpulan data untuk mengukur prestasi belajar siswa kelas V SDN 05 Tegalrejo Kecamatan Argomulyo tahun 2009/2010.

Menurut Anne Anastasi dalam bukunya psychological Testing (1976) mengatakan bahwa tes pada dasarnya adalah suatu pengukuran obyektif dan standar terhadap sampel perilaku.Sedangkan Brown (1976) mengatakan bahwa test adalah suatu prosedur yang sistematis guna mengukur sampel perilaku seseorang.

a. Ciri-ciri tes yang baik.

Suharsini Arikunto( 1997:56-61) menyebutkan bahwa suatu tes dapat dikatakan sebagai alat pengukur yang baik harus memiliki:

1) Validitas : sebuah tes dapat dikatakan memiliki validitas apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur, artinya tes yang diberikan kepada peserta didik harus dapat menjadi alat ukur terhadap tujuan yang sudah ditentukan sebelum tes dilaksanakan.

2) Reliabilitas : artinya dapat dipercaya, berketetapan.sebuah tes dikatakan memiliki reliabel bila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Artinya jika peserta didik diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada pada urutan yang sama dalam kelompoknya.

3) Objektivitas sebuah tes dikatakan objektif apabila tes itu dilaksanakan dengan tidak ada faktor pribadi yang mempengaruhi, terutama pada sistem skorsing.

4) Praktikabilitas, sebuah tes dapat dikatakan memiliki Praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis artinya tes itu mudah dilaksanakan dan mudah pemeriksaannya.

5) Ekonomis, apabila pelaksanaan tes ituntidak membutuhkan ongkos yang mahal,tenaga yang banyak dan waktu yang lama.

b. Tes yang digunakan dalam penelitian

Menurut Ign.MASIDJO (1995:47) Tes obyektif adalah suatu tes yang telah menyediakan sejumlah jawaban, sehingga siswa tinggal memilih satu jawaban benar dari sejumlah jawaban yang tersedia dari sejumlah besar item.

c. Try out

Untuk meyakinkan bahwa angket dan soal tes yang telah disusun dapat mengungkapkan data yang benar-benar sesuai dengan masalah yang diteliti sebelum angket dan soal tes yang telah disusun.

  1. Teknik Analisa Data.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis komparatif. Dalam penelitian untuk membandingkan antara variabel interval (gaya belajar) dan variabel nominal (prestasi belajar) .oleh karena itu teknik analisis data menggunakan uji statistik non parametrik.

3 komentar:

  1. lanjutannya mana nih mbk....
    aq butuh nih buat literatur tambahan.... mhon krim ke E-mail aq ya.....

    BalasHapus